Nama aku Citra Puspa Soraya, aku ingin menceritakan kisah persahabatan aku.
Berawal dari lulus SMP, aku ga pernah nyangka bisa ke terima di SMA favorit, tapi ternyata sekolah di SMA favorit itu bukan jalan hidup aku dikarenakan orang tua aku yang kurang mendukung dalam hal financial. Aku coba cari alternatif lain, yaitu SMK. Pastinya aku ga mau sekolah di sekolah yang asal-asalan, aku mau sekolah yang udah punya nama dan harus negeri. Pendaftaran SMK Negeri 2 Cikarang Barat sudah dibuka, aku langsung daftar sendiri tanpa dampingan orang tua. Ternyata bukan hal yang sulit untuk masuk tes di SMK itu. Dari mulai tes akademik, tes pengetahuan dan tes kesehatan aku berhasil masuk SMK Negeri itu.
Hari pertama dimana aku sudah menjadi siswa SMK, aku mulai beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang masih asing dan mencoba berbaur dengan teman-teman baru. Tibalah hari dimana setiap siswa harus memilih satu organisasi yang tetap, aku dilanda kegalauan karena sejak SMP aku tidak pernah berorganisasi. Teman satu meja aku memilih organisasi Pramuka dan sebagian besar teman kelas aku memilih Pramuka, seolah tidak ada pilihan lain aku pun ikut memilih organisasi tersebut yang awalnya aku pikir membosankan.
Sebulan menjalani hari-hari disekolah tersebut, aku sudah punya teman dekat, diantara mereka adalah Dwi, Mila, Uki, Siskha, Felica, dan Nela. Aku, Felica, dan Siskha adalah teman sejak SMP, oleh karenanya aku sudah tidak canggung lagi dengan mereka, sedangkan dengan Uki, Mila dan Dwi kami dekat karena dikelas duduk berdekatan dan juga satu organisasi.
Satu tahun belajar bersama, kami bertujuh mempunyai prestasi yang cukup baik di kelas, kamu bertujuh masuk ke dalam peringkat 10 besar. Naik ke kelas 2, persahabatan kami semakin dekat, kami selalu terlihat kompak dalam setiap moment. Kami selalu pulang sekolah bersama, pernah satu hari ketika kami pulang menumpangi mobil tiga perempat, kami dituruni ditengah jalan dengan kondisi kami tidak memiliki uang lebih, akhirnya kami jalan bersama menuju rumah masing-masing yang jaraknya sekitar 10 km dari tempat dituruni mobil itu. Tetapi kekompakan itu tidak selalu nampak, salah satu diantara kami yang punya masalah pasti semuanya ikut campur, hal itu membuat hubungan persahabatan kami kurang baik.
Dimulai dari hubungan Dwi dengan pacarnya, kami berenam merasa Dwi dimonopoli dengan tuntutan pacarnya. Sebagai sahabat kami merasa kesal. "Udah si wi, lo mah mau aja digituin sama dia, tinggalin aja kenapa sih cowo begitu" Aku bicara dengan nada sinis. "Iya wi, ngapain sih yang kaya begitu lo pertahanin" Sambung si Uki. "Haha gue mah sabar aja, semuanya pasti indah pada waktunya kok" jawab Dwi dengan sabarnya.
Bukan cuma masalah Dwi saja, tapi masalah aku yang suka ganti-ganti cowo juga dipermasalahkan hahaha... "Sampai kapan sih Cit lo mau ganti-ganti pacar ?" Tanya Felica. "Sampai karma menghampiri gue cha" jawab aku dengan simple. "Biarin aja cha, karmanya juga ntar dia sendiri yang ngerasain" sahut Siskha. "Ya tapi gue kasian aja sama cowonya, berasa korban perasaan doang" jawab Felica. Aku cuma bisa tersenyum mendengar komentar mereka yang sebenarnya peduli dan tidak ingin aku merasakan sakitnya karma.
Uki punya pacar khayalan. "Ki, kayanya cowo lo itu cuma mainin lo doang deh" ceplos Mila. "Iya ki, kalo emang dia serius, kenapa dia ga berani nemuin lo ?" tambah Nela. "Yaudah sih biarin, gue kan baru ngerasain pacaran" jawab Uki sedikit kesal. Dwi dengan nada lembutnya "Bukannya gitu ki, kita semua tuh peduli sma lo, kita ga mau lo sakit hati kalo ternyata cowo itu cuma mainin lo doang". Uki merasa kami iri dengan pacar barunya, sehingga Uki lebih memilih dekat dengan pacarnya dan menjauh dari kami. Semakin kami menasihati Uki, semakin Uki merasa diasingkan. Selang 1 tahun, akhirnya Uki sadar dan kembali pada jalan yang benar, ternyata cowo itu hanya memakai identitas palsu dan hanya mempermainkan Uki.
Dari beberapa masalah yang kami hadapi, kami berpikir masalah salah satu diantara kami adalah masalah kami bersama. Kami adalah satu. Sehingga dari kepedulian kami semua yang terkesan ikut campur masalah pribadi membuat kami sadar bahwa persahabatan lebih berharga dari apapun. Kami bertujuh menganggap diri kami sebagai warna, warna yang disatukan menjadi sebuah pelangi, pelangi yang nampak ketika hujan reda disenja hari, yang memberikan keindahan bagi setiap insan yang memandangnya. Maka pelangi tak akan indah jika hanya satu warna :)
www.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar