DSK-11

DSK-11

Minggu, 29 April 2012

Cadangan devisa masih aman topang ekonomi RI



Bank Indonesia (BI) mencatatkan cadangan devisa (Cadev) pada bulan April mengalami peningkatan dibandingkan dengan akhir Maret 2012. Posisi cadev tersebut dinilai masih cukup aman untuk menopang pertumbuhan ekonomi RI.

Direktur Grup Kebijakan Moneter Bank Indonesia Juda Agung mengatakan cadangan devisa sampai dengan akhir Maret 2012, mencapai USD110,5 miliar atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Sedangkan jika dilihat pada bulan April 2012 tercatat sebesar USD114,9 miliar atau setara dengan 6,12 bulan impor dengan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

"Posisi cadev memang mengalami kenaikan, ini dikarenakan masuknya portofilo FDI (Foreign Direct Investment), selain itu juga ada pemasukan dari Devisa Hasil Ekspor (DHE)," ungkapnya di Grand Royal Panghegar, Bandung, Sabtu (28/4/2012).

Posisi cadev tersebut setara dengan 7,75 bulan impor barang dan masih diatas level kecukupan cadev per group yaitu 6,7 bulan impor. Juda menegaskan, bahwa cadangan devisa masih cukup aman menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepan.

"Rasio short term debt to reserve juga menunjukkan bahwa cadev pada tingkat aman," pungkasnya. Sebelumnya BI mencatatkan cadangan devisa hingga akhir Februari 2012 meningkat hingga USD112,22 miliar dari sebelumnya USD111,99 miliar atau setara dengan 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Dengan cadangan devisa yang tetap menyokong maka pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2012 diperkirakan mencapai 6,5 persen dan akan berlanjut pada triwulan II-2012 meskipun tidak setinggi pertumbuhan di triwulan I-2012.

Gubernur BI Darmin Nasution juga menjelaskan, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada 2012 diperkirakan akan mencatat surplus yang lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya. "Penurunan surplus neraca pembayaran terutama disebabkan oleh defisit transaksi berjalan yang lebih besar, karena melambatnya ekspor sejalan dengan perlambatan permintaan dunia di tengah impor yang terus meningkat, seiring dengan kuatnya permintaan domestik dan tingginya konsumsi BBM," tandasnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar