Dukungan kebijakan fiskal sangat dibutuhkan dalam pengelolaan aliran modal yang masuk ke Indonesia. Pemerintah memanfaatkan momentum kondisi perekonomian dunia untuk menarik investasi agar mampu mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.
Selama dua dekade terakhir, ekonomi dunia dihadapkan dengan krisis keuangan yang tidak bisa dihindari baik oleh negara maju ataupun negara berkembang yang selama ini menjadi motor pemulihan dan pertumbuhan ekonomi dunia. Namun, bukan berarti kondisi ekonomi global tidak membuka ruang untuk peningkatan perekonomian negara berkembang.
“Indonesia adalah salah satu dari negara yang ekonominya terus berkembang di tengah perlambatan ekonomi global. Indonesia berhasil mencatat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan berkualitas,” ungkap Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo usai membuka seminar internasional bertajuk “Transforming Capital Inflow Into Real Investment Through Sound Fiskal Policy” di Nusa Dua, Bali, Jumat (16/12/2011).
Pemerintah melihat, peluang peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional bisa dilakukan dengan dorongan aliran modal asing. Sebab, kondisi di Eropa dan Amerika Serikat tidak memungkinkan bagi investor untuk menanamkan modalnya. Menkeu mengatakan, kondisi di Eropa yang belum sepenuhnya pulih, mendorong aliran modal asing masuk ke Indonesia. Kondisi ini yang harus bisa dimanfaatkan agar bisa mempercepat kinerja pertumbuhan ekonomi dalam negeri dengan mengarahkannya ke sektor riil.
Menurutnya, untuk mengarahkan aliran modal ke investasi jangka panjang, dibutuhkan dukungan kebijakan fiskal yang baik. Salah satu bentuk dukungan fiskal adalah alokasi anggaran yang besar bagi perkembangan sektor riil. Harapannya, dengan kucuran anggaran negara, sektor riil dapat tumbuh dengan pesat, sehingga saat aliran modal asing mengarah ke Indonesia, sektor riil dipandang sudah menjanjikan dan siap menyerap dengan baik. Dukungan fiskal lainnya berupa reformasi dalam peraturan yang selama ini terkesan belum memberikan kemudahan dan jaminan investasi dan bisnis.
Selain itu, pemerintah merespon masuknya aliran modal asing dengan kebijakan fiskal di sektor perpajakan. “Kita berikan fasilitas-fasilitas insentif ataupun faslitas umum lainnya. Untuk sektor-sektor tertentu ada bentuk-bentuk insentif fiskal mulai dari faslitas-fasilitas perpajakan sebagaimana kita tahu ada di PP 62 dan kita juga sudah keluarkan lagi peraturan yang memungkinkan ada tax holiday untuk sektor tertentu,” paparnya.
Langkah tersebut dilakukan untuk meyakinkan investor yang akan masuk di Indonesia, sekaligus upaya menarik minat pemilik modal.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro menuturkan, tidak perlu terlalu khawatir akan ancaman derasnya aliran modal asing yang masuk ke Indonesia dan berpotensi membuat ekonomi nasional kepanasan. Ancaman tersebut bisa diminimalisir dengan monetary policy dan fiscal policy. Dukungan pemerintah melalui kebijakan fiskal akan sangat berpengaruh.
“Salah satunya yang tax holiday perlu ditekankan bahwa fiscal policy itu pelengkap dari sekian banyak policy yang penting untuk menarik FDI. Tapi yang lebih penting adalah mengenai iklim investasinya sendiri,” ucap Bambang.
Menurutnya, aliran modal dalam jumlah besar menjadi tantangan bnagi pemerintah. Dia mengingatkan agar aliran modal yang masuk tidak hanya memanfaatkan pasar Indonesia yang besar. Untuk itu, dia melihat perlunya meningkatkan nilai tambah dari aliran modal yang masuk. “Kebijakan fiskal kita berkombinasi dengan kebijakan industri kita sehingga FDI itu banyak ke sektor manufaktur yang menciptakan nilai tambah. Kita mendorong nilai tambah,” tambahnya.
Selama dua dekade terakhir, ekonomi dunia dihadapkan dengan krisis keuangan yang tidak bisa dihindari baik oleh negara maju ataupun negara berkembang yang selama ini menjadi motor pemulihan dan pertumbuhan ekonomi dunia. Namun, bukan berarti kondisi ekonomi global tidak membuka ruang untuk peningkatan perekonomian negara berkembang.
“Indonesia adalah salah satu dari negara yang ekonominya terus berkembang di tengah perlambatan ekonomi global. Indonesia berhasil mencatat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan berkualitas,” ungkap Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo usai membuka seminar internasional bertajuk “Transforming Capital Inflow Into Real Investment Through Sound Fiskal Policy” di Nusa Dua, Bali, Jumat (16/12/2011).
Pemerintah melihat, peluang peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional bisa dilakukan dengan dorongan aliran modal asing. Sebab, kondisi di Eropa dan Amerika Serikat tidak memungkinkan bagi investor untuk menanamkan modalnya. Menkeu mengatakan, kondisi di Eropa yang belum sepenuhnya pulih, mendorong aliran modal asing masuk ke Indonesia. Kondisi ini yang harus bisa dimanfaatkan agar bisa mempercepat kinerja pertumbuhan ekonomi dalam negeri dengan mengarahkannya ke sektor riil.
Menurutnya, untuk mengarahkan aliran modal ke investasi jangka panjang, dibutuhkan dukungan kebijakan fiskal yang baik. Salah satu bentuk dukungan fiskal adalah alokasi anggaran yang besar bagi perkembangan sektor riil. Harapannya, dengan kucuran anggaran negara, sektor riil dapat tumbuh dengan pesat, sehingga saat aliran modal asing mengarah ke Indonesia, sektor riil dipandang sudah menjanjikan dan siap menyerap dengan baik. Dukungan fiskal lainnya berupa reformasi dalam peraturan yang selama ini terkesan belum memberikan kemudahan dan jaminan investasi dan bisnis.
Selain itu, pemerintah merespon masuknya aliran modal asing dengan kebijakan fiskal di sektor perpajakan. “Kita berikan fasilitas-fasilitas insentif ataupun faslitas umum lainnya. Untuk sektor-sektor tertentu ada bentuk-bentuk insentif fiskal mulai dari faslitas-fasilitas perpajakan sebagaimana kita tahu ada di PP 62 dan kita juga sudah keluarkan lagi peraturan yang memungkinkan ada tax holiday untuk sektor tertentu,” paparnya.
Langkah tersebut dilakukan untuk meyakinkan investor yang akan masuk di Indonesia, sekaligus upaya menarik minat pemilik modal.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro menuturkan, tidak perlu terlalu khawatir akan ancaman derasnya aliran modal asing yang masuk ke Indonesia dan berpotensi membuat ekonomi nasional kepanasan. Ancaman tersebut bisa diminimalisir dengan monetary policy dan fiscal policy. Dukungan pemerintah melalui kebijakan fiskal akan sangat berpengaruh.
“Salah satunya yang tax holiday perlu ditekankan bahwa fiscal policy itu pelengkap dari sekian banyak policy yang penting untuk menarik FDI. Tapi yang lebih penting adalah mengenai iklim investasinya sendiri,” ucap Bambang.
Menurutnya, aliran modal dalam jumlah besar menjadi tantangan bnagi pemerintah. Dia mengingatkan agar aliran modal yang masuk tidak hanya memanfaatkan pasar Indonesia yang besar. Untuk itu, dia melihat perlunya meningkatkan nilai tambah dari aliran modal yang masuk. “Kebijakan fiskal kita berkombinasi dengan kebijakan industri kita sehingga FDI itu banyak ke sektor manufaktur yang menciptakan nilai tambah. Kita mendorong nilai tambah,” tambahnya.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar