Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk memotong prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan di level 6,5 persen atau lebih bawah dianggap tepat. Mengingat semakin memburuknya krisis keuangan yang terjadi di Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS).
"Saya sepakat dengan anggapan BI, bahkan saya memprediksi pertumbuhan ekonomi di tahun depan berada di antara 6,4-6,7 persen. Menyentuh level 6,6 dan 6,7 persen ini dengan sejumlah persyaratan," ujar Pengamat Ekonomi Ryan Kiryanto ketika dihubungi okezone, Minggu (27/11/2011).
Alasan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ini, menurut prediksi Ryan, dikarenakan Uni Eropa belum juga menemukan adalah hasil nyata terkait dengan penyelesaian masalah keuangannya. "Proses penyembuhan ekonomi AS dan Eropa sangat berlarut-larut dan tidak juga ada hasil yang nyata. Ini adalah faktor eksternal yang kita semua sudah tidak bisa mengendalikan," lanjutnya.
Sebelumnya, Direktur Riset dan Kebijakan Ekonomi Moneter BI Perry Warjiyo mengungkapkan, beberapa lembaga internasional telah melakukan koreksi atas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang semula diperkirakan sanggup menembus level empat persen, justru terkoreksi ke bawah.
Ekonomi dunia pada 2012 diprediksi hanya mampu tumbuh di kisaran 3,6-3,7 persen. Ekonomi China yang kini memimpin laju pertumbuhan ekonomi dunia, juga tidak terlepas dari penurunan proyeksi. Semula, China diprediksi mampu tumbuh di level sembilan persen. Seiring perkembangan kondisi ekonomi dunia yang makin buruk, China diperkirakan hanya mampu tumbuh 8,5 persen.
Hal ini memaksa Bank Sentral memotong prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh di level 6,5 persen. Sebelumnya, pemerintah dan BI optimistis pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7 persen seperti yang tercantum dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012 yang telah disepakati dengan pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
"Saya sepakat dengan anggapan BI, bahkan saya memprediksi pertumbuhan ekonomi di tahun depan berada di antara 6,4-6,7 persen. Menyentuh level 6,6 dan 6,7 persen ini dengan sejumlah persyaratan," ujar Pengamat Ekonomi Ryan Kiryanto ketika dihubungi okezone, Minggu (27/11/2011).
Alasan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ini, menurut prediksi Ryan, dikarenakan Uni Eropa belum juga menemukan adalah hasil nyata terkait dengan penyelesaian masalah keuangannya. "Proses penyembuhan ekonomi AS dan Eropa sangat berlarut-larut dan tidak juga ada hasil yang nyata. Ini adalah faktor eksternal yang kita semua sudah tidak bisa mengendalikan," lanjutnya.
Sebelumnya, Direktur Riset dan Kebijakan Ekonomi Moneter BI Perry Warjiyo mengungkapkan, beberapa lembaga internasional telah melakukan koreksi atas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang semula diperkirakan sanggup menembus level empat persen, justru terkoreksi ke bawah.
Ekonomi dunia pada 2012 diprediksi hanya mampu tumbuh di kisaran 3,6-3,7 persen. Ekonomi China yang kini memimpin laju pertumbuhan ekonomi dunia, juga tidak terlepas dari penurunan proyeksi. Semula, China diprediksi mampu tumbuh di level sembilan persen. Seiring perkembangan kondisi ekonomi dunia yang makin buruk, China diperkirakan hanya mampu tumbuh 8,5 persen.
Hal ini memaksa Bank Sentral memotong prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh di level 6,5 persen. Sebelumnya, pemerintah dan BI optimistis pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7 persen seperti yang tercantum dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012 yang telah disepakati dengan pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar