Walaupun utang Indonesia mencapai Rp 1.816,85 triliun, namun posisi ini masih tergolong aman karena rasio utang terhadap Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) (debt to GDP) masih tercatat baik.
Ekonom Chatib Basri mengungkapkan, meskipun terlihat besar, namun rasio utang Indonesia masih di kisaran 28 persen. Dia menjelaskan, menghitung utang sebuah negara itu besar atau tidak tidak bisa dilihat dari nominalnya saja, harus dilihat dari rasio utang terhadap PDB.
"Yang dilihat itu rasio utang terhadap PDB. Misalkan saja saya punya uang Rp50 nah kecilkan? Tapi income saya Rp60 itu sama saja utang jadi besar. Beda ketika saya punya utang Rp100.000 namun income saya Rp1 juta itu sama seperti rasio debt to GDP," jelas Chatib ketika ditemui di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (15/12/2011).
Dia menambahakn, berkaca dari AS dan Jepang serta negara Eropa mereka mempunyai utang besar serta rasio terhadap GDP juga besar. Ini baru dikatakan utangnya besar. "Indonesia cukup bagus di 28 persen. Kalau saya boleh sombong harusnya negara Eropa dan AS harus belajar ke Indonesia bagaimana mengelola APBN," pungkasnya.
Sekadar informasi, dalam APBN-P 2011 rencana penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) bruto sebesar Rp211 triliun dan secara neto penerbitan SBN neto sebesar Rp126,65 triliun. Dari jumlah rencana penerbitan ini, hingga 24 November telah diterbitkan sebesar Rp171,3 trilun atau sekira 81 persen.
Data dari Kementerian Keuangan menyebutkan, dari penerbitan SBN, hingga per 7 November 2012 ini realiasi belanja negara mencapai Rp912,082 trilun atau sekira 69,1 persen dari total pagu anggaran belanja sebesarRp Rp1.320,7 trilun. Dengan realisasi penerimaan dan hibah mencapai 78,7 persen dari pagu anggaran sebesar Rp1.169 trilun atau sekira Rp920,3 trilun.
Ekonom Chatib Basri mengungkapkan, meskipun terlihat besar, namun rasio utang Indonesia masih di kisaran 28 persen. Dia menjelaskan, menghitung utang sebuah negara itu besar atau tidak tidak bisa dilihat dari nominalnya saja, harus dilihat dari rasio utang terhadap PDB.
"Yang dilihat itu rasio utang terhadap PDB. Misalkan saja saya punya uang Rp50 nah kecilkan? Tapi income saya Rp60 itu sama saja utang jadi besar. Beda ketika saya punya utang Rp100.000 namun income saya Rp1 juta itu sama seperti rasio debt to GDP," jelas Chatib ketika ditemui di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (15/12/2011).
Dia menambahakn, berkaca dari AS dan Jepang serta negara Eropa mereka mempunyai utang besar serta rasio terhadap GDP juga besar. Ini baru dikatakan utangnya besar. "Indonesia cukup bagus di 28 persen. Kalau saya boleh sombong harusnya negara Eropa dan AS harus belajar ke Indonesia bagaimana mengelola APBN," pungkasnya.
Sekadar informasi, dalam APBN-P 2011 rencana penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) bruto sebesar Rp211 triliun dan secara neto penerbitan SBN neto sebesar Rp126,65 triliun. Dari jumlah rencana penerbitan ini, hingga 24 November telah diterbitkan sebesar Rp171,3 trilun atau sekira 81 persen.
Data dari Kementerian Keuangan menyebutkan, dari penerbitan SBN, hingga per 7 November 2012 ini realiasi belanja negara mencapai Rp912,082 trilun atau sekira 69,1 persen dari total pagu anggaran belanja sebesarRp Rp1.320,7 trilun. Dengan realisasi penerimaan dan hibah mencapai 78,7 persen dari pagu anggaran sebesar Rp1.169 trilun atau sekira Rp920,3 trilun.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar