DSK-11

DSK-11

Jumat, 16 Desember 2011

Pertumbuhan Industri Manufaktur bisa terkoreksi



Target pertumbuhan industri manufaktur nasional dikhawatirkan bisa terkoreksi hingga 0,1-0,2 persen hingga akhir tahun ini. Kondisi itu menyusul adanya perlambatan ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat (AS). Saat ini kontribusi dua negara itu adalah 23 persen terhadap total ekspor non migas Indonesia.

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, kondisi tersebut adalah skenario terburuk yang bisa terjadi pada tahun depan.

Seperti diketahui, awalnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan, pertumbuhan manufaktur di 2011 sebesar 6,5 persen. Kemenperin mencatat, selama periode Januari-September 2011, secara kumulatif, pertumbuhan sektor manufaktur mencapai 6,49 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor industri logam dasar, besi, dan baja sebesar 15,03 persen. Kemudian disusul industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki sebesar 8,63 persen, makanan, minuman dan tembakau 7,29 persen, serta industri alat angkut, mesin, dan peralatannya sebesar 7,01 persen.

“Kalaupun ada dampaknya tahun ini terhadap manufaktur nasional, skenario terburuknya, target yang tadinya 6,5 persen akan terkoreksi sedikit. Mungkin terkoreksi sekitar 0,1-0,2 persen,” kata Hidayat di Jakarta, Jumat (16/12/2011).

Untuk itu, lanjutnya, Kemenperin telah menyiapkan sejumlah langkah guna mengantisipasi dampak dari krisis tersebut, yakni pengamanan pasar domestik dari impor produk konsumsi, memperkuat kapasitas produksi serta kualitas industri, serta mengatasi hambatan yang mempengaruhi iklim investasi.

Langkah-langkah tersebut, kata dia, bisa dilakukan melalui memberikan perlindungan non tarif, seperti menerapkan 400 regulasi teknis dan SNI untuk produk industri, mengoptimalkan instrumen perdagangan, seperti anti dumping dan fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP). Selain itu, pihaknya juga akan mengkaji sebanyak 33 regulasi.

Menurutnya, peringkat investment grade yang yang telah diraih oleh Indonesia akan berdampak terhadap investasi. Pencapaian itu, kata dia, merupakan refleksi pengakuan dari institusi berskala internasional bahwa Indonesia mampu mengelola perekonomiannya dengan baik.

“Investasi langsung oleh asing (foreign direct investment/ FDI) ataupun melalui portfolio akan gencar masuk. Kita akan mempersiapkan agar investasi itu lancar masuk, terutama diarahkan untuk sektor-sektor prioritas dan pembangunan infrastruktur untuk memacu pertumbuhan yang lebih tinggi,” paparnya.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar